Download
Textbook 1–15
Textbook-16-30
Teacherbook-1-15
Teacherbook-16-30
Anki Flash Cards 1-15
Anki Flash Cards 16-30
Word List A-Z
Learn Bahasa Indonesia now
«AnekaBaca» – an e-Learning Textbook for Intermediate Indonesian (CEF B1-B2)
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sebelum Anda mulai membaca artikel berikut.
Reply to at least three postings of your classmates.
Kompas Cyber Media, 14 Januari 2004
[1] DESA Bongancina berjarak sekitar 50 kilometer arah utara Kota Denpasar, Bali. Desa yang termasuk Kabupaten Buleleng itu terletak di pegunungan yang tidak banyak didatangi orang karena bukan daerah wisata yang terkenal. Saat berjaya, daerah itu dikenal sebagai penghasil kopi robusta.
[2] Kalau hanya mengandalkan kopi, penderitaan mereka pasti tidak akan berhenti. Apalagi perilaku pedagang internasional sulit ditebak. Mereka bisa dilibas oleh pemain-pemain raksasa di perdagangan kopi.
[3] Apalagi anjloknya harga kopi itu belum akan berhenti, setidaknya hingga tahun ini. Meski menurut Organisasi Kopi Internasional (ICO) produksi kopi dunia akan turun 16 persen, lemahnya pasokan ini diperkirakan tidak akan mendongkrak harga kopi karena konsumsi masih sangat rendah.
[4] Akan tetapi, pukulan yang sudah dirasakan lebih dari tiga tahun itu tidak menyebabkan petani kopi di Desa Bongancina menyerah. Mereka melakukan berbagai upaya. Dengan bantuan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bali, mereka mengembangkan ternak kambing di sela tanaman kopi dan kini ternak kambing malah menjadi penghasilan utama. Dari sinilah mereka bisa menghidupi keluarga dan juga tetap melestarikan lingkungan.
[5] Menurut Made Suparta, salah seorang petani kopi setempat, dengan adanya peternakan kambing, ia bisa menjalankan ekonomi rumah tangganya. Ia yang memiliki 12 kambing bisa menjual ternak piaraannya itu dengan harga Rp 500.000 per ekor. Selain itu, kambing tersebut juga menghasilkan susu yang dijual dengan harga Rp 10.000 per liter.
[6] “Saya bisa menghidupi keluarga saya, bisa menyekolahkan anak-anak saya,” kata Suparta. Bahkan, ia sudah mengembangkan susu kambing menjadi es krim yang dijual di desa itu.
[7] Dengan bantuan peneliti dari BPTP, petani Bongancina juga memanfaatkan limbah kopi menjadi pakan ternak. Limbah yang berupa kulit kopi itu, setelah melalui fermentasi dan dikeringkan, menjadi pakan kambing.
[8] Menurut peneliti dari BPTP Bali, Suprio Guntoro, dengan cara itu, pengeluaran petani menjadi berkurang. Bahkan, pertumbuhan berat badan kambing pun naik, dari 65 gram per hari menjadi 98 gram per hari. “Dengan percepatan kenaikan berat badan itu, petani yang biasa menjual kambing saat umur satu tahun sekarang bisa diperpendek menjadi kurang dari delapan bulan. Ini sangat menguntungkan petani dalam menopang pendapatan keluarga,” katanya.
[9] Ia menyebutkan, pakan limbah kopi itu mulai dikembangkan sejak tahun 2002. Saat ini sekitar 300 petani di tempat itu mengolah sendiri limbah tersebut untuk pakan ternak. Dengan kepemilikan lahan sekitar satu hektar untuk tiap petani, dapat dihasilkan sekitar tiga ton limbah kopi. Setelah diolah menjadi pakan, limbah ini bisa dimanfaatkan untuk lebih dari 20 kambing dalam setahun, dengan konsumsi pakan sebanyak 200 gram untuk tiap kambing per hari.
[10] Guntoro mengatakan, keberadaan peternakan kambing hingga menjadi sumber penghasilan utama juga berhasil mencegah petani setempat membabati kebun kopi dengan mengganti tanaman lain. Pemerintah setempat khawatir, apabila petani setempat membabati tanaman kopi, sudah pasti lingkungan menjadi hancur sehingga sumber air untuk Denpasar dan sekitarnya berkurang. Bahkan, bila dibiarkan, akan mengakibatkan kota di bawahnya dilanda banjir.
[11] “Bayangkan, kalau mereka frustrasi akibat harga kopi anjlok lalu tanaman ditebangi hingga mereka beralih ke tanaman lain, sangat mungkin pegunungan ini gundul hingga mengakibatkan banjir dan juga kekurangan air pada musim kemarau,” kata Guntoro.
[12] Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian Egi Djanuiswati dalam sebuah kesempatan di desa itu mengatakan, pertanian terintegrasi itu telah memberi pendapatan petani dari kopi dan hasil ternak kambing.
[13] Tidak berhenti sampai di situ, mereka menyadari beternak kambing dan memelihara tanaman kopi belumlah tujuan akhir mereka. Para petani yang dibantu para peneliti itu tengah memikirkan industri kecil harus disiapkan agar pendapatan mereka bisa bertambah.
[14] Wisata agro juga menjadi alternatif. Dengan ciri Bali sebagai daerah tujuan wisata, wisata agro bisa ikut ditawarkan dalam paket wisata. Memetik kopi, dan minum kopi di tengah kebun dapat dikemas dalam paket wisata bisa menjadi tambahan pendapatan bagi petani setempat.
[15] Gayung bersambut, rencana pembukaan wisata agro ini mendapat sambutan dari Departemen Pertanian. Departemen Pertanian akan mengucurkan dana untuk membangun sejumlah fasilitas, seperti gardu pandang dan kafe, di lokasi itu sehingga bisa menjadi lokasi wisata yang layak.
[16] Petani Bongancina telah menjadi contoh bahwa petani tak selamanya orang yang selalu mengalah dengan keadaan. Sebuah contoh bagi petani lainnya agar tidak menyerah. (A MARYOTO)
Foto: Atas: Biji dan bunga kopi (© Hindrawan 2006). Kanan: Peternakan Kambing di Bongancina (© Stephen Tschudi 2006). Bawah: Seorang petani di Bongancina (© Stephen Tschudi 2006).1 | |
takluk | to surrender, give in |
jarak, ber- | to be at a distance of |
kitar, se- | around, about, approximately |
letak, ter- | located |
gunung, pe-an | mountainous region |
datang, men-i | to visit |
jaya, ber- | successful, prosperous, victorious. Di saat ~ in its prime |
hasil, peng- | producer |
kopi robusta | Robusta coffee (Coffea robusta) |
2 | |
andal, meng-kan | to rely on |
derita, pen-an | suffering |
perilaku | behaviour |
tebak, men- | to guess. Here: predict |
libas, me- | to whip, lash, slash |
raksasa | giant |
dagang, per-an | trade, commerce |
3 | |
anjlok | to plummet, descend rapidly |
tidak, se-nya | at least |
lemah | weak |
pasok -an | supply |
dongkrak, men- | to jack up |
4 | |
akan tetapi | however |
serah, meny- | to surrender, give in |
upaya | efforts |
kaji, pengkajian | (careful) examination, study, research |
kembang, meng-kan | unfold, open up, develop, to expand one’s business (into other areas) |
ternak | livestock |
kambing | goat |
sela | interval, in between |
kini | now |
malah | on the contrary, instead |
hasil, peng-an | production, yield, income |
hidup, meng-i | to support, provide sustenance for, take care of |
lestari, me-kan | to preserve |
lingkung, -an | environment |
5 | |
salah | salah seorang, one of (two or more) |
tempat, se- | local |
ada, -nya | existance |
ternak, pe-an | raising, breeding |
jalan, men-kan | to keep running |
rumah tangga | household |
piara, -an | [from pelihara] domestic animal |
hasil, meng-kan | to produce |
6 | |
sekolah, meny-kan | to send to school |
kembang, meng-kan | to develop |
penuh, mem-i | to fulfill, satisfy |
butuh, ke-an | need, necessity, want, demand |
7 | |
teliti, pen- | researcher |
manfaat, me-kan | to use, utilize, make use of, take advantage of, capitalise on |
limbah | waste |
pakan | fodder |
rupa, ber- | to have the form of |
lalu, me-i | via, through |
kering, meng-kan | to dry |
8 | |
keluar, peng-an | expenses, expenditures |
bahkan | on the contrary, in fact |
tumbuh, per-an | growth |
cepat, per-an | acceleration |
naik, ke-an | increase |
pendek, memper- | to make shorter |
untung, meng-kan | be beneficial for, favorable to |
topang, men- | to prop up, to support |
dapat, pen-an | income |
9 | |
olah, meng- | to process |
milik, kepe-an | ownership |
lahan | land, area, soil |
10 | |
ada, keber-an | existence |
sumber | source |
utama | principal |
cegah, men- | to prevent |
babat, mem-i | to clear away, cut through |
khawatir | afraid, worried |
hancur | shattered, smashed |
kitar, se- | vicinity |
biar, mem-kan | to abandon, neglect, disregard |
landa, me- | to run/knock down, strike, hit |
banjir | flood |
11 | |
bayang, mem-kan | to imagine |
tebang, men-i | to fell, chop, cut down |
alih, ber- | to move, change, turn to |
gundul | bald, barren |
musim kemarau | dry season |
12 | |
sempat, ke-an | occasion |
13 | |
sadar, meny-i | to realize, become aware |
tuju, -an | goal, objective |
akhir | final |
tengah | in the process of, in the middle of =sedang |
14 | |
ciri | special characteristic, unique feature |
wisata agro | agro tourism |
tuju, -an | destination |
tawar, men-kan | to offer |
petik, mem- | to pluck, pick flowers |
kemas, meng- | to put s.t. in order (in context, package) |
15 | |
gayung bersambut | to accept a challenge |
sambut, -an | reception, welcome, answer, response; mendapat ~, to be well received |
kucur, meng-kan | to pour in, contribute, make available |
dana | funds |
gardu pandang | watch tower |
layak | decent, appropriate, fitting |
16 | |
kalah, meng- | to give in, yield |
Indonesian journalists have created a particular language of the media which contains elements of colloquial and formal Indonesian. The auxiliary verb bisa and dapat (can) have exactly the same meaning, but bisa is predominantly used in colloquial and dapat in formal Indonesian. Journalists use both forms, sometimes even in one and the same sentence:
Words that journalists love are kini instead of sekarang or the very formal dewasa ini (now, today, presently, currently) and di sela instead of di tengah-tengah or di antara (in between):
Another word that is fancied by jourmalists is tengah as a replacement for sedang:
Journalists also love using metaphors such as gayung bersambut which can have a multitide of meanings including ‘tit for tat’, ‘scratch each others back’, ‘ward off an attack’, and ‘receiving a positive reply to a request’. The latter meaning applies here:
Hesti Ratna Hapsari (Happy) mewawancarai Ruthviana Mefi Hermawanti (Viana), mahasiswa Political Studies di Universitas Hawaii, tentang pengaruh globalisasi pada ekonomi Indonesia. Wawancara diadakan pada bulan Maret 2006 di Universitas Hawaii (Manoa).
As Viana is a very fast speaker, we have added a slower version here:
Happy | Menurut Viana, bagaimana pengaruh globalisasi pada ekonomi di Indonesia? |
Viana | Globalisasi memberi dampak positif dan dampak negatif terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia. Dampak positifnya adalah globalisasi mendorong tumbuhnya ekonomi mikro dan ekonomi makro di Indonesia dalam arti bahwa globalisasi menyebabkan persentuhannya pasar Indonesia dengan pasar lain yang lebih luas, tetapi di sisi yang lain globalisasi memberikan dampak negatif karena membuat termarjinalisasikannya atau terpinggirkannya petani-petani yang miskin yang ada di Indonesia. Kalau boleh sedikit saya membagikan informasi bahwa…. enam puluh tujuh persen penduduk Indonesia adalah petani, dan 79 persen petani Indonesia adalah petani mikro. Petani mikro adalah petani yang tidak mempunyai modal, mereka hanya bergantung pada alam. Dan, dengan demikian menyebabkan petani di Indonesia terpinggirkan, globalisasi menginginkan adanya modal dan pasar yang lebih luas. Tetapi dalam hal ini petani di Indonesia tidak mampu membuat akses atau membuat jaringan yang lebih luas karena terbatasnya modal. |
Happy | Lalu, bagaimana sebaiknya kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah ini? |
Viana | Saya rasa pemerintah harusnya lebih bijakasana menilai hal ini karena seperti saya katakan tadi bahwa ekonomi di Indonesia boleh dikatakan lebih dari 50% tergantung dari petani karena 67% lebih penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Karena itu saya rasa pemerintah harus lebih adil pada petani yang ada di Indonesia, tetapi pemerintah harus juga mempertimbangkan sektor-sektor lingkungan karena satu petani di Indonesia masih tergantung pada alam, dan yang kedua investor yang seringkali datang ke Indonesia hanya mengambil keuntungan dari alam yang ada di Indonesia dengan kurang mempertimbangkan bagaimana merehabilitasi atau memperbaiki alam itu sendiri. Pemerintah harus lebih bijaksana bagaimana membuat kesepakatan bersama sehingga petani mendapat keuntungan dan investor juga mendapat keuntungan sehingga kedua belah pihak sama-sama diuntungkan. |
Happy | Terima kasih, Viana. |
Viana | Sama-sama. |
These vocabulary items are for your reference only. You do not need to memorise them.
pengaruh | influence |
dampak | impact |
kembang, per-an | development |
dorong, men- | to push |
sentuh, per-an | contact |
luas | wide |
sisi | side |
di sisi yang lain | on the other side/hand |
marjinalisasi | marginalization |
marjinalisasi, ter-kan | marginalized |
marjinalisasi, ter-kannya | marginalization |
pinggir | border side, edge |
pinggir, ter-an | pushed aside/ to the side |
pinggir, ter-kannya | marginalization |
duduk, pen- | population |
modal | financial capital |
gantung, bergantung pada | to depend on |
sebab, meny-kan | to cause |
jaring, -an | network |
batas, ter- | limited |
batas, ter-nya | limitation |
bijak, ke-an | policy |
atas, meng-i | to overcome, solve |
bijaksana | wise, discrete, prudent, tactful, political |
nilai, me- | to appraise |
adil | just, fair |
timbang, memper-kan | to consider, weigh |
satu | Here: first |
untung, ke-an | profit, benefit |
sepakat, ke-an | agreement |
kedua belah pihak | both sides |
untung, meng-kan | to benefit |
You are free to develop your own ideas on how to promote Bongancina as a destination for agro tourism, but don’t forget to mention that the whole concept was born out of the initiatives of the people of Bongancina.
existance
[q] [a]however
[q]akhir
[a]final
[q]anjlok
[a]to plummet, descend rapidly
[q]bahkan
[a]on the contrary, in fact
[q] [a]flood
[q]beralih
[a]to move, change, turn to
[q]berjarak
[a]to be at a distance of
[q]berjaya
[a]successful, prosperous, victorious
[q]di saat berjaya
[a]in its prime, at its height
[q]berupa
[a]to have the form of
[q]ciri
[a]special characteristic, unique feature
[q]dana
[a]funds
[q]gardu pandang
[a]watch tower
[q]gayung bersambut
[a]to accept a challenge
[q]gundul
[a]bald, barren
[q]hancur
[a]shattered, smashed
[q]kambing
[a]goat
[q] [a]existence
[q] [a]needs, necessity, want, demand
[q]kenaikan
[a]increase
[q]kepemilikan
[a]ownership
[q] [a]occasion, chance
[q] [a]afraid, worried
[q] [a]now
[q]kopi robusta
[a]Robusta coffee
[q]lahan
[a]land, area, soil
[q]layak
[a]decent, appropriate, fitting
[q]lemah
[a]weak
[q]limbah
[a]waste
[q] [a]environment
[q] [a]on the contrary, instead
[q]melalui
[a]via, through
[q] [a]to run/knock down, strike, hit
[q] [a]to preserve
[q]melibas
[a]to whip, lash, slash
[q] [a]to use, utilize, make use of, take advantage of, capitalise on
[q]membabati
[a]to clear away, cut through
[q]membayangkan
[a]to imagine
[q]membiarkan
[a]to abandon, neglect, disregard
[q]memenuhi (penuh)
[a]to fulfill, satisfy
[q]memetik (petik)
[a]to pluck, pick flowers
[q]memperpéndek
[a]to make shorter
[q]menawarkan(tawar)
[a]to offer
[q] [a]to prevent
[q]mendatangi
[a]to visit
[q] [a]to jack up
[q]menebak (tebak)
[a]to guess, predict
[q]menebangi (tebang)
[a]to fell, chop, cut down
[q]mengalah (kalah)
[a]to give in, yield
[q]mengandalkan (andal)
[a]to rely on
[q]mengemas (kemas)
[a]to put s.t. in order (in context, package)
[q]mengembangkan (kembang)
[a]unfold, open up, develop, to expand one’s business (into other areas)
[q]mengeringkan (kering)
[a]to dry
[q]menghasilkan
[a]to produce
[q]menghidupi
[a]to support, provide sustenance for, take care of
[q]mengolah
[a]to process
[q]mengucurkan (kucur)
[a]to pour in, contribute, make available
[q]menguntungkan
[a]be beneficial for, favorable to
[q]menjalankan
[a]to run, keep running
[q]menopang (topang)
[a]to prop up, to support
[q]menyadari (sadar)
[a]to realize, become aware
[q]menyekolahkan (sekolah)
[a]to send to school
[q]menyerah (serah)
[a]to surrender, give in
[q]musim kemarau
[a]dry season
[q] [a]fodder
[q] [a]supply
[q]pegunungan
[a]mountainous region
[q]pendapatan
[a]income
[q]penderitaan
[a]suffering
[q]peneliti (teliti)
[a]researcher
[q]pengeluaran (keluar)
[a]expenses, expenditures
[q]penghasil
[a]producer
[q] [a]production, yield, income
[q]pengkajian
[a](careful) examination, study, research
[q]percepatan
[a]acceleration
[q]perdagangan
[a]trade, commerce
[q] [a]behaviour
[q]pertumbuhan
[a]growth
[q]petérnakan
[a]raising, breeding
[q]piaraan
[a][from pelihara] domestic animal
[q]raksasa
[a]giant
[q]rumah tangga
[a]household
[q]salah seorang
[a]one of (two or more) people
[q]sambutan
[a]reception, welcome, answer, response
[q]mendapat sambutan
[a]to be well received
[q] [a]around, about, approximately, vicinity
[q]sela
[a]interval, in between
[q] [a]local
[q] [a]source
[q] [a]to surrender, give in
[q]tengah
[a]in the process of, in the middle of =sedang
[q]terletak
[a]located
[q]térnak
[a]livestock
[q] [a]at least
[q]tujuan
[a]goal, objective, destination
[q]upaya
[a]efforts
[q]utama
[a]principal
[q]wisata agro
[a]agro tourism
[/qdeck]Usahakan untuk menyelesaikan teka-teki ini dalam waktu kurang dari 3:00 menit.
Download Volume 2 (Lessons 16–30) of the textbook.«AnekaBaca» – an e-Learning Textbook for Intermediate Indonesian (CEF B1-B2)
Submit your answer to the discussion forum. You also have to reply to at least two postings of your classmates.
You have certainly heard of the Tsunami that devastated large parts of coastal South- and Southeast Asia on Boxing Day (26 December) 2004. The region that was hardest affected was Aceh where almost 200,000 people died in the floods. Write a short paragraph on what you know about the Boxing Day Tsunami, e.g., what was it caused by, what countries were affected. Post your answer to the discussion forum (in Indonesian of course).
Wawancara berikut dilakukan pada tanggal 15 Januari 2006 di Universitas Hawaii (Manoa). Rohayati Paseng (Ibu Yati), pustakawan di perpustakaan Hamilton, mewawancarai Fauzi Saleh, seorang korban Tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004.
Dengarkan rekaman ini dan baca artikel berikut dengan menggunakan daftar kata.Listen to the sound file and read the article. Consult the word list if needed.Pewawancara: Rohayati Paseng
Comments:
The narrator frequently uses apa or apa namanya, which are common hesitation markers, and can be roughly translated as “What is that?”. During the interview Fauzi became increasingly emotional and this is clearly reflected in the sentences which are sometimes grammatically incorrect. In the last paragraph we find the phrase “dia ada tiga kali gempa.” Dia is redundant.
Yati | Tamu pertama kita hari ini adalah saudara Fauzi Saleh. Saudara Fauzi adalah mahasiswa S3 yang sedang berada di University of Hawaii dalam hal penulisan disertasinya. Saudara Fauzi di mana Anda berada sewaktu Tsunami itu terjadi? |
Fauzi | Waktu Tsunami terjadi saya berada di Banda Aceh, di IAIN Araniri Darussalam. |
Yati | Waktu itu apakah saudara sudah bangun atau masih tidur atau sudah sedang berada di tempat pekerjaan? |
Fauzi | Kami sebagaimana biasa Hari Minggu itu main bulu tangkis di depan asrama. Jadi setelah beberapa set kami main tiba-tiba salah seorang teman kami dari Sulawesi mengatakan, kayaknya gempa. Karena ini tidak pernah terjadi selama ini, kami nggak percaya langsung melanjutkan main bulu tangkis. Tapi beberapa saat kemudian gempa itu semakin kencang. Baru kami berhenti main bulu tangkis. |
Yati | Setelah menyadari bahwa ternyata ini bukan hanya gempa biasa, hal apa yang Anda lakukan pertama sekali? |
Fauzi | Kami semuanya duduk di atas lantai karena tidak mungkin berdiri. Kencang sekali gempanya jadi semua orang duduk sambil berdoa dan sambil… apa namanya…, betul-betul rasa khawatir. Juga semua orang yang berjalan mereka berhenti, mobil, becak, kendaraan yang lain juga berhenti semuanya. |
Yati | Bagaimana Anda menyelamatkan diri karena saya dengar bahwa air yang masuk melalui Tsunami itu mencapai sembilan kilometer dari garis awal laut. |
Fauzi | Iya, setelah gempa berhenti, dia ada tiga kali gempa. Setelah gempa berhenti saya makan. Selesai saya makan kemudian saya mandi. Saat itu teman saya teriak “Air naik! Air naik! Air naik!”. Memang saya dengar…, apa…, suara kendaraan, lari kencang, dari semua arah. Saya terkejut, “Kok bisa air naik, maksudnya apa?” Saya belum selesai mandi, langsung saya keluar tanpa pakai sendal. Karena semua orang sudah lari, memang air belum kelihatan, jadi saya engkol kereta saya bawa ayah saya, teman saya, tiga kami naik kendaraan. Langsung kami lari…e.. ke arah gunung, daerah Blang Bintang. Syukur kami, apa namanya, bensinnya penuh. Sebagian orang yang lain terpaksa berhenti di tengah jalan karena biasanya minggu mereka santai, dia pikir bisa isi bensin siang. Tapi ternyata memang bensin tidak ada sama sekali di jalan. Jadi kami langsung lari ke, apa namanya, ke gunung daerah Blang Bintang dan kami belum yakin kalau betul-betul air naik. |
Bagian 1 | |
ada, ber- | = ada (formal style), to be, live, stay |
hal | matter, reason, case, cause |
sebagaimana (biasa) | as (usual) |
bulu tangkis | badminton |
asrama | dormitory |
kayak | (Coll.) = seperti |
gempa | earthquake |
makin, se- | more and more, increasingly |
kencang | strong (of wind, tide, earth quake), fast (of a car, running) |
sadar, meny-i | realize, become aware of |
nyata, ter- | apparently, obviously |
lantai | floor |
doa, ber- | to pray |
khawatir | worried, afraid, frightened |
kendara, -an | vehicle |
selamat, meny-kan (diri) | to safe (oneself) |
capai, men- | to reach |
awal | beginning, start |
saat | moment, short span of time |
sendal | =sandal |
éngkol, meng- | to kick start |
keréta | motor bike (in Sumatra) |
ayah | father |
syukur | thanks (to God), thank God!, luckily, fortunately |
bénsin | petrol, gasoline |
santai | relax |
isi, meng- | to fill |
yakin | sure, certain, positive |
kalau | whether (= apakah) |
Wawancara berikut dilakukan pada tanggal 15 Januari 2006 di Universitas Hawaii (Manoa). Rohayati Paseng (Ibu Yati), pustakawan di perpustakaan Hamilton, mewawancarai Fauzi Saleh, seorang korban Tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004.
Dengarkan rekaman ini dan baca artikel berikut dengan menggunakan daftar kata.Listen to the sound file and read the article. Consult the word list if needed.Pewawancara: Rohayati Paseng
Comments:
Apa coba bungkusan? is a very colloquial phrase meaning: “We wondered what were these bundles.” The text is often incoherent, marked by frequent haplologies, and phrases that are out of place or incomplete, as for instance kemudian secara bergantian “and then in turns”. Memadai is also used incorrectly, what he meant is, of course, that the facilities and the equipment of the armed forces were tidak memadai “insufficient”. The sentence Jadi, rupanya, TNI kewalahan karena mayat yang dibawa itu tidak memadai, tidak sesuai dengan jumlah mobil yang mereka miliki dan personel yang ada can be translated as: “The armed forces were obviously overwhelmed by the situation, with so many dead bodies, and they were inadequately equipped with the available vehicles and personel.” Frustrasi can in this context not be translated as “frustration”, but what he meant is something like that they were in complete agony.
Yati | Kapan Saudara Fauzi menyadari bahwa apa yang terjadi itu bukan hal gempa yang biasa? |
Fauzi | Setelah saya bawa lari, saya bonceng ayah dan teman, bertiga kami ke Blang Bintang, ke puncak gunung. Kemudian kami, eh, pingin tahu, penasaran, apa benar kejadian itu. Kami kembali ke Lambaru. Sampai di jembatan Lambaru, kami melihat dalam mobil TNI itu, ada semacam bungkusan. Nah, ketika itu kami mencoba mendekat. Apa coba bungkusan? Rupanya orang yang ditindih, yang berlapis-lapis… ehm… mayat. Ketika itu saya mulai,… apa,… menduga-duga barangkali benar air naik, air laut naik. Eh, setelah itu kami mencoba keliling dan mendekati Kota Banda Aceh. Sampai ke sana, rupanya, memang air itu luar biasa dan mayat sudah bertaburan, dan kami hanya setengah jalan itu sudah nggak bisa kita lewati lagi karena bercampur antara mayat, bangunan dan sebagainya. Dan pada waktu itu orang masih berteriak “Air! Air! Air!”, kemudian orang lari lagi. Karena orang yang lari itu belum yakin apa yang terjadi. Mereka masih ingat keluarga, masih ingat rumah yang ditinggalkan, masih ingat sanak saudara dan sebagainya. Jadi, itulah kejadian yang antara “ya” dengan “tidak”. Tapi di siang itu jam satu orang sudah yakin bahwa kejadian itu benar-benar kejadian yang sebenarnya. Dan mulai dari siang itu tumpukan mayat di Lambaru sudah mulai banyak. Sampai sore itu satu lapangan Lambaru itu penuh mayatnya. Kemudian secara bergantian, jadi pada saat itu yang bekerja untuk mengumpulkan mayat adalah TNI. Jadi, rupanya, TNI kewalahan karena mayat yang dibawa itu tidak memadai, tidak sesuai dengan jumlah mobil yang mereka miliki dan personel yang ada. Sedangkan orang-orang Aceh saat itu sudah tidak lagi berpikir apa-apa. Jadi mereka sudah semacam frustrasi. Ada yang menangisi anaknya, ada yang menangisi ibunya, ada yang tinggal sebatang kara. Dan ada juga anak yang selamat, anak kecil yang selamat dia nggak tahu apa yang sedang terjadi. Jadi kami kadang-kadang menangisi diri kami dan juga menangisi anak-anak yang semacam itu. |
Bagian 2 | |
boncéng | to ride on the back of a motorcycle |
puncak | peak |
pingin | (Coll.) =ingin |
penasaran | burning curiosity |
TNI | Tentara Nasional Indonesia |
macam, se- | a kind of |
tindih, men- | to put s.t. on top of |
lapis, ber-2 | in layers |
mayat | corpse |
duga, men-2 | to guess, surmise |
tabur, ber-an | to be scattered all over |
sanak saudara | family, kin |
tumpuk, -an | heap, pile |
lapang, -an | field, square |
ganti, ber-an | taking turns |
saat | time |
walah, ke-an | overwhelmed |
madai, me- | sufficient |
sudah tidak | The combination of sudah and tidak indicates that the following is no longer the case. |
apa-apa | anything, tidak apa-apa nothing. Cf. Sneddon 2.89. |
tangis, men-i | to weep, cry over |
kara | sebatang kara, be all alone in the world, without kith or kin |
Bagian 3 | |
selamat, meny-kan | to save, rescue |
ayah | father |
anggota | member |
pelihara | to raise (animals) |
ternak | livestock |
macam2 | all kind of |
balik | to return |
teman, men-i | to accompany someone |
keliling, meng-i | to surround |
lembah | valley |
tenggelam | submerged |
dekat, men-i | to approach |
beliau | (respectful) he, she |
mampu | capable |
kabur | weak of vision |
cucu | grandchild |
puncak | peak |
mamak | mother |
batu | rock |
kena | hit by |
telanjang | naked |
saking | due to, because of |
hendak | to want |
lewat, me-i | to pass |
atas | for |
sedia, ke-an | willingness |
papar. mem-kan | to tell, elaborate |
singkat | brief |
Wawancara berikut dilakukan pada tanggal 15 Januari 2006 di Universitas Hawaii (Manoa). Rohayati Paseng (Ibu Yati), pustakawan di perpustakaan Hamilton, mewawancarai Fauzi Saleh, seorang korban Tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004.
Dengarkan rekaman ini dan baca artikel berikut dengan menggunakan daftar kata.Listen to the sound file and read the article. Consult the word list if needed.Pewawancara: Rohayati Paseng
Yati | Saya senang mendengar bahwa Anda menyelamatkan ayah Anda dan beberapa anggota keluarga. Namun kalau saya boleh bertanya apakah ada saudara Anda yang meninggal sewaktu Tsunami itu? |
Fauzi | Salah seorang keluarga yang meninggal yang paling dekat, ibu saya. Jadi pada hari Jumat, ibu dan bapak berada di Banda Aceh, di Darussalam tempat saya tinggal. Kemudian karena mereka pelihara ternak, macam-macam di kampung, jadi dia bilang, “Fauzi, saya mau pulang ke Lamno.” “Okelah Bu, kalau begitu.” Ya mereka pulang ke Lamno sama bapak. Terus bapak, besoknya balik lagi ke Banda Aceh. Karena ada teman bapak yang minta ditemani oleh bapak saya. Tinggallah ibu di Lamno. Ketika kejadian itu ibu memang berada di sebuah kampung yang dikelilingi oleh laut. Jadi daerah saya itu gunung-gunung kecil itu, lembah itu tenggelam semuanya. Ibu saya, sebenarnya sudah lari mendekati gunung. Tetapi karena beliau sudah tua, tidak mampu lagi lari, matanya sudah kabur, akhirnya beliau bawa cucu dan minta tolong sama orang, “Tolong selamatkan cucu saya.” Dikasihkan cucu kepada orang lain, langsung dibawa lari ke puncak gunung. Ketika orang ini lihat ke belakang, mamak saya sudah diambil oleh air. Dan orang-orang yang selamat menemukan baju ibu saya di batu. Mungkin kebanyakan orang yang kena Tsunami itu semua, bukan semua ya, kebanyakannya telanjang. Jadi mungkin saking keras dan kuatnya air. Jadi itulah tragisnya, apa namanya, kejadian itu. Sementara abang saya dan istrinya, mereka selamat karena ketika itu mereka hendak ke sawah, dan sawah itu melewati gunung. Jadi ketika air naik mereka sudah ke gunung. Langsung mereka naik ke tempat yang lebih tinggi lagi. |
Yati | Terima kasih Saudara Fauzi Saleh atas kesediaannya memaparkan berita sedih tentang Tsunami itu, dan pertanyaan singkat saya cucu neneknya selamat kan? |
Fauzi | Selamat! |
Yati | Terima kasih. |
Fauzi | Sama-sama. |
selamat, meny-kan | to save, rescue |
ayah | father |
anggota | member |
pelihara | to raise (animals) |
ternak | livestock |
macam-2 | all kind of |
balik | to return |
teman, men-i | to accompany someone |
keliling, meng-i | to surround |
lembah | valley |
tenggelam | submerged |
dekat, men-i | to approach |
beliau | (respectful) he, she |
mampu | capable |
kabur | weak of vision |
cucu | grandchild |
puncak | peak |
mamak | mother |
batu | rock |
kena | hit by |
telanjang | naked |
saking | due to, because of, on account of |
hendak | to want |
lewat, me-i | to pass |
atas | for |
sedia, ke-an | willingness |
papar, mem-kan | to tell, elaborate |
singkat | brief |
Perlu tidaknya sistem peringatan dini Tsunami di Indonesia dibicarakan dalam siaran Radio Nederland Seksi Indonesia (RANESI). Simaklah rekaman berikut:
Dengarkan rekaman ini dan baca artikel berikut dengan menggunakan daftar kata.Listen to the sound file and read the article. Consult the word list if needed.Pada konperensi yang mendadak diselenggarakan di Jakarta menyusul bencana Tsunami yang melanda berbagai negara di Asia, antara lain disepakati menerapkan sistem peringatan dini atau disebut juga early warning system sehingga korban bencana tidak akan sebanyak seperti yang terjadi pada 26 Desember 2004. Menurut Bjørn Lomborg dana untuk sistem peringatan dini itu lebih baik dipakai untuk mencegah berbagai penyakit di kawasan tersebut. Bjørn Lomborg adalah penulis buku kontroversial The Skeptical Environmentalist. Memang sistem semacam itu tidak terlalu mahal. 20 juta dolar untuk memasangnya dan hanya beberapa juta per tahun untuk perawatannya. Namun, ada kemungkinan usaha itu hanyalah buang uang. Sebab kemungkinan dalam abad ini kawasan sama terlanda Tsunami kecil, katanya. Menurut Lomborg, kalau dana itu dipakai untuk penyediaan air bersih, pemberantasan penyakit, untuk pendidikan, maka itu lebih berarti sebagai usaha penyelamatan ketimbang sistem peringatan dini. Menurutnya di Asia Tenggara tiap tahun tiga juta orang akibat… meninggal akibat berbagai penyakit. Itu sebenarnya bisa dicegah dengan memberi mereka perawatan kesehatan yang biayanya tidak begitu mahal. Jumlah korban Tsunami pada akhir 2004 ini sama banyaknya dengan jumlah korban berbagai penyakit di kawasan sama selama tiga minggu. Lomborg banyak dikecam karena berpendapat jumlah dana untuk keselamatan dan kesejahteraan manusia terbatas dan oleh karena itu harus disusun prioritasnya dan harus benar. |
dadak, men- | suddenly |
selenggara, meny-kan | to organize |
susul, meny- | to follow |
sepakat, meny-i | to mutually agree on s.t. |
terap, men-kan | to apply, adopt, put into effect |
ingat, per-an | warning |
dini | early |
bencana | natural disaster |
dana | fund, money |
cegah, men- | to prevent |
pasang, mem- | to install |
rawat, per-an | maintenance |
abad | century |
landa, ter- | struck by |
dana | funds, monies |
sedia, peny-an | provision |
berantas, pem-an | eradication |
timbang, ke- | compared with, than |
rawat, per-an | treatment, therapy |
biaya | cost |
kecam, meng- | to criticise |
dapat, pen- | opinion, berpendapat to be of an opinion |
sejahtera, ke-an | welfare |
manusia | mankind |
batas, ter- | limited |
susun, meny- | establish |
You can read this text in Indonesian or in English. A translation is displayed on mouseover.
Bahan untuk mata kuliah ini kami kerjakan selama bulan Juli 2006 di Yogyakarta. Pada tanggal 17 Juli saya menyuruh Hindrawan, juru potret kami, mengambil foto perahu nelayan di pantai Parangtritis, 30 km selatan dari Yogya. Pada malam hari dia cerita adanya kejadian yang aneh: “Habis memotret saya minum kopi di sebuah kedai kopi yang dibangun di atas tiang setinggi kira-kira dua meter. Tiba-tiba air naik sampai kaki kami kena air, lalu turun lagi. Untung sepeda motor saya parkir di tempat yang agak tinggi, dan cepat-cepat saya balik ke Yogya.” Kami tertawa mendengar cerita yang aneh itu, tetapi sebentar kemudian kami mendengar di televisi bahwa kota wisata Pangandaran di Jawa Barat dihantam tsunami, dan Parangtritis pun kena. Lihat gambar di sebelah kiri. Dekat sinilah kedai kopi tempat Hindrawan menikmati kopinya.
Seseorang yang juga berada di Parangtritis pada saat yang sama dengan Hindrawan menceritakan pengalamannya di Tikabanget (bahasanya bahasa Jakarta!). [cerita dari tikabanget.blogspot.com bisa juga dibaca di siniKemaren Senen, tanggal 17 Juli 2006, gw diajak temen gw, si eNdut ke Parangtritis. Ada keluarga si eNdut yang dateng dari Kalimantan. Itung-itung piknik deh.. Sapa tau kecipratan makan gratis.. Hehehe.. Sekitar setengah lima, mobil sampe ke daerah wisata pantai. Gw bilang ama si eNdut, cari aja parkiran paling ujung, jadinya bisa deket ama pantai. Jadilah kita parkir di tempat parkir dalem, tapi gak paling ujung, soalnya dah keburu dicegat banyak orang jaga parkir.. Mobil masuk parkiran, blom sempet kita turun, tau-tau orang -orang berlarian. Parkiran motor di sebelah mobil gw langsung diserbu orang. Ada yang pake kuda. Ada yang cuma lari seadanya. Gw kirain ada apaan.. Gak lama, gw liat air di belakang mereka. Sekitar setengah sampe 1 meter. Weks?!! Pasang macam mana yang airnya sampe ke daerah parkiran sini..???!!! Orang-orang di sekitar gw dah pada tereak-tereak. 'Tsunami.. Tsunami..' Kontan penumpang kursi belakang (3 sepupu si eNdut yang masi SD) ikut panik. 'Bang, cepet puter balik ke Jogja, Bang.. Cepet bang..!! Air naek, Bang..!!' Si Tante juga ikutan panik. Untung Om si eNdut tuh orang yang cukup tenang. Jadi dia gak ikutan nggebukin si eNdut buat cepet-cepet kabur dari situ. ;p Adalah suatu masalah tersendiri buat puter balik mobil di tempat sekecil itu, dan di tengah kehebohan massa seperti kemaren. Selain jalan dipenuhi orang-orang yang panik berlarian, motor yang ngebut, banyak juga sesama mobil panik yang mo kabur.. Untung si eNdut ini orangnya gak gampang panik. Dan gw berbesar hati buat bantuin keadaan dalam mobil tetap terkendali dengan gak ikutan heboh.. Gw emang hebat.. *howek..!! padahal panik juga tuh..!! 🙁 * Air sempet kena mobil gw, tapi untung airnya udah gak gitu tinggi. Miris liat orang-orang panik kayak kemaren. Ada anak laki-laki kecil yang naek sepeda dan ikut menjauh dari pantai menangis nyari si emak. Ada ibu-ibu nggendong anaknya yang masih bayi malah deketin pantai, tereak-tereak nyari anaknya yang tadi maen di pantai. Malah ada yang sempet nyegat mobil gw, minta ngikut mobil. Sayang gw dan si eNdut lagi konsen berat nyetir di tengah kehebohan, jadi dia gak liat tuh orang. Yang liat malah si Om, itu aja ngomongnya waktu mobil udah jauh banget.. (gimana sih Om.. Kan kita jadi keliatan kejam tuh..) Gw waktu itu masi sempet ketawa-ketawa. Gw ama si eNdut mikir, mungkin itu cuma air pasang yang lagi sangat tinggi aja. Apalagi liat Kali Progo yang tenang-tenang aja. Setengah 7 malem, mami yang lagi di Surabaya nelpon. 'Tika, kamu gak usah kemana-mana. Pangandaran gempa dan ada tsunami disana. Jangan nekat kayak waktu gempa kemaren!!' Sedikit flash back, waktu gempa tanggal 27 Mei, gw bukannya jaga rumah tapi langsung turun ke jalan liat-liat kondisi sampe sore, ninggal adek bungsu gw di rumah. Mami ama si bos (alias bokap) lagi di Batam. Waktu mereka sampe Jogja, abis gw kena marah.. Hehehe.. Nah, balik ke cerita. Setelah ditelpon mami, gw baru ngeh kalo kejadian di parangtritis tadi itu efek dari gempa dan tsunami di pangandaran.. Dan liat berita pagi ini, Parangtritis kaco juga ya.. Yah, pengalaman lah.. Gw liat mini tsunami.. 🙂]
Gempa bumi 17 Juli 2006 terjadi pada pukul 15.19 WIB di pantai selatan pulau Jawa. Tsunami menyusul sekitar satu jam kemudian. Sebelah kiri foto terakhir yang diambil fotografer kami, Hindrawan, pada pukul 16.02. Kira-kira sepuluh menit setelah foto ini diambil tsunami melanda Parangtritis mengakibatkan seorang wisatawan tewas. Sebelumnya tsunami sudah melanda pantai Jawa Barat dan mengakibatkan sekitar 700 orang tewas.
Kedua foto di bawah ini diambil beberapa menit setelah gempa bumi terjadi (15.19) dan sebelum datangnya Tsunami (sekitar 16.10 WIB).
Submit your answer to the discussion forum. You also have to reply to at least two postings of your classmates.
member
[q]apa-apa
[a]anything
[q]atas
[a]for
[q]ayah
[a]father
[q]balik
[a]to return
[q]batu
[a]rock
[q]beliau
[a](respectful) he, she
[q]bergantian
[a]taking turns
[q]berlapis
[a]in layers
[q]bertaburan
[a]to be scattered all over
[q]boncéng
[a]to ride on the back of a motorcycle
[q]cucu
[a]grandchild
[q]héndak
[a]to want
[q]kabur
[a]weak of vision
[q]kena
[a]hit by
[q]kesediaan
[a]willingness
[q]kewalahan
[a]overwhelmed
[q] [a]field, square
[q]lembah
[a]valley
[q]macam-macam
[a]all kind of
[q]mamak
[a]mother
[q] [a]capable
[q]mayat
[a]corpse
[q]meléwati
[a]to pass
[q] [a]sufficient
[q]memaparkan
[a]to tell, elaborate
[q]memelihara
[a]to raise (animals)
[q]menangisi
[a]to weep, cry over
[q] [a]to approach
[q]menduga-duga
[a]to guess, surmise
[q]menemani (teman)
[a]to accompany someone
[q]mengelilingi
[a]to surround
[q]menindih (tindih)
[a]to put s.t. on top of
[q]menyelamatkan (selamat)
[a]to save, rescue
[q]penasaran
[a]burning curiosity
[q]pingin
[a](Coll.) =ingin
[q] [a]peak
[q] [a]time
[q]saking
[a]due to, because of
[q]sanak saudara
[a]family, kin
[q]sebatang kara
[a]be all alone in the world, without kith or kin
[q]semacam
[a]a kind of
[q] [a]brief
[q]sudah tidak
[a]The combination of sudah and tidak indicates that the following is no longer the case
[q]telanjang
[a]naked
[q]tenggelam
[a]submerged
[q]térnak
[a]livestock
[q]tidak apa-apa
[a]nothing
[q]TNI
[a]Tentara Nasional Indonesia
[q]tumpukan
[a]heap, pile
[/qdeck]Usahakan untuk menyelesaikan teka-teki ini dalam waktu kurang dari 3:00 menit.
We hope that «Aneka Baca» has helped you making progress in learning the Indonesian language. And if it did so, we would appreciate if you could share your experience with the rest of the world by writing a brief review about your learning experience using «Aneka Baca».
Thank you!
Required
«AnekaBaca» – an e-Learning Textbook for Intermediate Indonesian (CEF B1-B2)
Submit answers to the discussion forum and reply to at least two postings of your classmates.
Kompas Cyber Media, Minggu, 14 Maret 2004
[1] Mitos yang menyebutkan bahwa Tembok Besar Cina adalah salah satu bangunan buatan manusia yang terlihat dari angkasa luar tumbang sudah. Ironisnya, kenyataan itu justru diberitakan oleh astronot Cina pertama, Yang Liwei.
[2] Selama beberapa dekade, Cina selalu mengklaim bahwa peninggalan sejarah yang amat terkenal itu bisa terlihat dari angkasa luar. Buku pelajaran sekolah dasar di sana masih menuliskan tembok raksasa itu bisa dilihat dengan mata telanjang oleh kosmonot yang mengorbit bumi.
[3] Namun mitos tersebut mulai diragukan setelah Yang Liwei pulang dari perjalanan ke angkasa luar selama 21,5 jam tahun lalu. Waktu itu Liwei menyatakan dirinya tidak bisa melihat tembok besar Cina dari wahananya, Shenzhou V. Oleh karenanya, menurut surat kabar Beijing Times, Jumat (12/3), buku-buku sekolah yang memuat kisah tersebut akan ditulis ulang.
[4] Tembok Besar Cina mulai dibangun sekitar tahun 770 hingga 476 sebelum Masehi oleh dinasti Zhou. Beberapa tembok lain juga dibangun oleh penguasa kerajaan Qin, Yan dan Zhao. Tembok-tembok itu kemudian disatukan oleh Kaisar Pertama Qin Shi Huang setelah ia mempersatukan Cina pada tahun 214 sebelum Masehi.
[5] Selanjutnya pada masa dinasti Han, Kaisar Han Wu Di memerintahkan perluasan tembok guna mencegah serangan dari suku-suku di utara Cina. Waktu terus berlalu, dan perkuatan dan perluasan terus dilakukan hingga zaman dinasti Ming (1368 – 1644). Ming adalah penguasa yang memperkuat tembok dengan bata dan batu granit, serta memperkokoh fondasinya. Ia mendirikan titik-titik penjagaan dan menara-menara kontrol seperti yang bisa kita lihat sekarang.
[6] Hasil akhir dari pembangunan tembok selama beberapa generasi itu menghasilkan tembok raksasa yang membentang sekitar 6.700 kilometer, melintasi gunung dan lembah, berkelok-kelok seperti naga batu. Namun karena lebarnya hanya sekitar 5 meter dengan ketinggian rata-rata 10 meter, tembok Cina mustahil dilihat dari ruang angkasa.
[7] Seorang pejabat Kementerian Pendidikan yang bertanggung jawab terhadap materi pengajaran di sekolah-sekolah Cina menga¬takan, penerbit buku pelajaran telah diminta untuk menghentikan pencetakan bagian yang keliru itu. Menurut buku sekolah tersebut ada dua bangunan yang dapat dilihat dari pesawat ruang angkasa, yaitu tanggul laut Belanda, dan tembok besar Cina.
[8] “Penulisan yang keliru dalam buku sekolah dasar inilah penyebab utama munculnya kesalahan konsep yang menyebar begitu luas,” tulis Beijing Times mengutip Wang Xiang, penasehat nasional urusan pendidikan.
[9] Dalam Konferensi Konsultatif Politik di Beijing minggu lalu, Wang mengusulkan agar pemerintah, melalui sekolah-sekolah, menghentikan penyebaran mitos yang keliru mengenai terlihatnya tembok besar dari angkasa luar. “Mitos itu bertentangan dengan kenyataan dan akan merugikan anak didik kita,” ujar Wang.
[10] Sebagai tambahan, situs National Aeronautics and Space Administration (NASA), menyebutkan beberapa objek memang bisa dilihat dari ruang angkasa tanpa bantuan teropong atau teleskop, namun tembok besar Cina tidak termasuk objek-objek tersebut. Alasannya, tembok itu tidak terlalu lebar dan bahan pembuatnya berwarna seperti lingkungan sekitarnya, sehingga sangat tersamar. (AP/CNN/wsn)
Foto:
Peta Tembok Besar (click on the link to see a map of the Great Wall). Source: Shutterstock.
Kanan: Image courtesy of the Image Science & Analysis Laboratory, NASA Johnson Space Center. This picture, apparently the first verifiable photo of the Great Wall of China made from low Earth orbit, was taken by International Space Station Commander Leroy Chiao on 24 Nov. 2004. The yellow arrow points to an estimated location of 42.5N 117.4E where the wall is visible. The red arrows point to other visible sections of the wall. Source: Image Science and Analysis Laboratory, NASA-Johnson Space Center. 25 Mar. 2005. “Astronaut Photography of Earth – Display Record.” (14 Dec. 2005).
1 | |
mitos | myth |
Témbok Besar | The Great Wall |
hapus, meng- | to delete, abolish, do away with |
sebut, meny-kan | to state, mention |
lihat, ter- | visible |
angkasa luar | outer space |
tumbang | to collapse and fall down with a crash (of s.t. large and erect), topple |
nyata, ke-an | reality, fact |
justru | [emphasises that a particular component of the clause is the case rather than any other possibility, this being contrast to what the listener/reader might expect] exactly, precisely, just; on the contrary, but (rather) |
berita, mem-kan | to report about s.t. |
2 | |
klaim, meng- | to claim |
tinggal, pen-an | relic, archeological remains |
sejarah | history |
amat | very, = sangat |
raksasa | huge, gigantic |
telanjang | naked |
orbit, meng- | to orbit |
3 | |
ragu, me-kan | to put s.t. in doubt |
telah, se- | = sesudah, after |
wahana | vehicle |
nyata, me-kan | ~ diri to manifest oneself, (here) to realize |
oleh karenanya | because of that |
turut, men- | according to |
muat, me- | to contain, include |
kisah | story |
ulang | menulis ~ rewrite |
4 | |
kitar, se- | approximately |
hingga | until, up to |
sebelum Masehi | before Christ |
kuasa, peng- | ruler |
satu, meny-kan | to join, bring together, unite |
Kaisar | emperor |
satu, memper-kan | to join, bring together, unite |
5 | |
lanjut, se-nya | furthermore, besides, moreover, further |
masa | time, era |
perintah, mem-kan | to order, rule |
luas, per-an | expansion |
guna | in order to |
cegah, men- | to prevent |
serang, -an | attack |
suku | ethnic group |
lalu, ber- | to pass, go by (time) |
zaman | period, epoch |
bata | bricks |
kokoh, memper- | to strengthen |
fondasi | foundation |
diri, men-kan | to build, erect (building) |
titik-titik | points |
jaga, pen-an | watching, guarding |
menara | tower |
6 | |
hasil akhir | end result |
hasil, meng-kan | to result |
bentang, mem- | to extend, stretch |
lintas, me-i | to cross over |
lembah | valley |
kélok-kélok, ber- | winding, twisting (road, e.g.) |
naga | dragon |
mustahil | impossible |
7 | |
jabat, pe- | official |
Kementerian Pendidikan | Ministry of Education |
terbit, pen- | publisher |
cétak, pen-an | printing |
keliru | wrong, mistaken |
tanggul laut | sea dike, embankment |
8 | |
sekolah dasar | primary school |
sebab, peny- | cause |
muncul | to appear |
sebar, meny- | to spread |
kutip, meng- | to quote, cite |
nasehat, pe- | adviser |
9 | |
usul, meng-kan | to propose |
tentang, ber-an | be in contradiction |
rugi, me-kan | to damage, harm |
anak didik | pupil |
ujar | to remark, say |
10 | |
situs | site |
teropong | binoculars |
samar, ter- | disguised, obscured, hidden |
Although in this particular sentence disatukan and mempersatukan have been translated with different words, there is no difference in meaning between menyatukan and mempersatukan. The sentence could also have been worded: Tembok-tembok itu kemudian dipersatukan oleh Kaisar Pertama Qin Shi Huang setelah ia menyatukan Cina pada tahun 214 sebelum Masehi.
In the above sentence terlihat and dilihat are both used in combination with bisa. The phrase bisa terlihat is in fact grammatically incorrect since the prefix ter– is used to form abilitative verbs (cf. Sneddon 1.272). Therefore, the meaning of terlihat is ‘can be seen’ (= bisa dilihat), and the addition of bisa is hence redundant.
Please also note that bisa can always be replaced by its more formal synonym dapat.
Dialog berikut antara Hesti Ratna Hapsari (Happy) dan Setyo Rukmi Anggorowati (Mamiek) dilakukan pada bulan Maret 2006 di Universitas Hawaii (Manoa). Dengarkan rekaman ini dan kerjakan latihan berikut. Kalau perlu, bacalah transkripsi.
Mamiek | Tembok Cina itu ternyata tidak bisa dilihat ya dari angkasa? Padahal dulu waktu sekolah kita belajar tembok Cina bisa dilihat dengan mata telanjang dari angkasa. |
Happy | Oh ya? |
Mamiek | Hm.. |
Happy | Kamu baca di mana berita itu? |
Mamiek | Aku baca di koran kalo tembok besar Cina itu tidak bisa dilihat dari angkasa. |
Happy | Masa sih? |
Mamiek | Iya. |
Happy | Soalnya aku baru baca di internet kalo tembok besar Cina itu bisa dilihat dari angkasa. |
Mamiek | Masa? |
Happy | Iya. Ada ini lho, ada astronot yang namanya Leroy Chiao, dia itu berhasil memotret tembok besar Cina dari angkasa. |
Mamiek | Oh… jadi bener-bener bisa dilihat sekarang dari angkasa? |
Happy | Iya. Terus kan ada fotonya. Nah, fotonya itu menjadi bukti sekarang supaya orang-orang Cina yang selama ini yakin kalau tembok Cina bisa dilihat, ya… merasa senang dan bisa memberikan bukti di buku-buku pelajaran mereka. Jadi mereka nggak perlu mencetak ulang buku pelajarannya itu. Karena memang betul bisa dilihat. |
Mamiek | Oh… gitu… |
Happy | Terus dia memberi warna kuning di bagian tembok besar itu supaya ini… bisa kelihatan jelas mana yang tembok besar Cina, mana yang jalan, atau jalur kereta api, dan area di sekitarnya itu. |
Mamiek | Oh… gitu… Jadi ternyata bisa ya? |
Happy | Iya, bisa. |
Mamiek | Oh… |
Happy | Itu sudah dibuktikan oleh pakar fotografi juga lho. Jadi memang foto itu asli kalau itu foto tembok besar Cina. |
Mamiek | Oh… ya… ya… |
These vocabulary items are for your reference only. You do not need to memorise them.
témbok | wall |
nyata, ter- | apparently, it turns out that |
angkasa | outer space |
padahal | yet |
mata telanjang | bare eyes |
soal, -nya | it is because |
baru | have just |
hasil, ber- | to succeed |
potrét, mem- | to take pictures |
bener-bener | (Jkt) = benar-benar, truly |
terus | and then |
bukti | proof |
yakin | to be sure, certain |
mencétak ulang | to reproduce/ reprint |
mémang | indeed |
jalur | route |
bukti, mem-kan | to proof |
pakar | expert |
Sebagaimana diberitakan oleh BBC (baca berita di sini), ternyata Tembok Besar memang dapat dilihat dari angkasa luar. Anda sebagai wartawan salah satu surat kabar ditugaskan untuk menulis berita berdasarkan artikel BBC yang tadi Anda baca.
amat
[a]very
[q]anak didik
[a]pupil
[q]angkasa luar
[a]outer space
[q]berlalu
[a]to go by
[q]bertentangan
[a]to be in conflict with, opposite of, contrary to, contradictive
[q]diberitakan
[a]to be reported
[q]dihapus
[a]be deleted
[q]diragukan
[a]be doubted
[q]ditulis ulang
[a]be rewritten
[q]fondasi
[a]foundation
[q] [a]in order to
[q]hasil akhir
[a]end result
[q] [a]just (exactly, precisely), on the contrary
[q]Kaisar
[a]emperor
[q]keliru
[a]mistaken
[q] [a]Ministry of Education
[q] [a]story
[q]lembah
[a]valley
[q]masa
[a]era
[q]melintasi
[a]to cross over
[q]membentang
[a]to stretch
[q]memerintahkan (perintah)
[a]to order
[q]memperkokoh
[a]to strengthen
[q]mempersatukan
[a]to unite
[q]memuat
[a]to contain
[q]menara
[a]tower
[q] [a]to prevent
[q] [a]to build
[q]menghasilkan
[a]to result
[q]mengklaim
[a]to claim
[q]mengorbit
[a]to orbit
[q]mengusulkan
[a]to propose
[q]mengutip (kutip)
[a]to cite, quote
[q] [a]according to
[q] [a]to declare, state, explain
[q]menyatukan (satu)
[a]to unite
[q]menyebar (sebar)
[a]to spread
[q]menyebutkan (sebutkan)
[a]to state
[q]merugikan
[a]to harm
[q]mitos
[a]myth
[q]muncul
[a]to surface, appear
[q] [a]impossible
[q]naga
[a]dragon
[q]oleh karenanya
[a]because of that
[q] [a]official
[q]penasehat
[a]advisor, counselor
[q]pencétakan
[a]printing
[q]penerbit (terbit)
[a]publisher
[q]penguasa (kuasa)
[a]ruler
[q]peninggalan
[a]relic
[q]penyebab (sebab)
[a]cause
[q]perluasan
[a]extension
[q]raksasa
[a]huge
[q]sebelum Masehi
[a]before Christ
[q]sejarah
[a]historical
[q]sekolah dasar
[a]primary school
[q]selanjutnya
[a]furthermore
[q]setelah
[a]after
[q]situs
[a]site
[q]suku
[a]ethnic group
[q]telanjang
[a]naked
[q]Témbok Besar
[a]The Great Wall
[q]terlihat
[a]visible
[q]tersamar
[a]obscured
[q] [a]observation points
[q]tumbang
[a]to collapse
[q] [a]era, period, epoche
[/qdeck]Usahakan untuk menyelesaikan teka-teki ini dalam waktu kurang dari 3:00 menit.
Download Volume 2 (Lessons 16–30) of the textbook.«AnekaBaca» – an e-Learning Textbook for Intermediate Indonesian (CEF B1-B2)Pelajaran 18 — Singa Memangsa Manusia
Kerjakan kedua kegiatan berikut sebelum Anda membaca artikel “Singa Memangsa Manusia” (Kegiatan 2).
Reply to at least two posting of your classmates.
Reply to at least two posting of your classmates.
Disadur dari BBC News, 19 Oktober, dan Kompas Cyber Media, 21 Oktober 2004
[1] Seekor singa pemakan manusia yang dihubungkan dengan kematian sedikitnya 35 orang di Tanzania selatan, diduga memburu manusia karena sakit gigi.
[2] Menurut para ahli satwa liar, singa itu sepertinya mengganti menunya dari kerbau liar menjadi manusia karena daging manusia lebih lunak dibanding daging kerbau, sehingga tidak menyakitkan bila dikunyah.
[3] Menurut berita, singa pemangsa manusia yang mencari korbannya di delapan dusun pinggiran Sungai Rufiji, selama periode 20 bulan, akhirnya ditembak oleh para penjaga taman nasional pada bulan April 2004, di wilayah sekitar 150 kilometer selatan kota Dar es Salaam.
[4] Singa pemakan manusia sesungguhnya bukan cerita baru di Tanzania. Sepertiga dari sekitar 200 orang yang dibunuh oleh binatang buas tiap tahun di Tanzania, menghadapi ajalnya karena diterkam singa.
[5] Cerita ini begitu mengejutkan karena banyaknya korban. Tidak pernah ada seekor singa yang memangsa begitu banyak korban.
[6] Oleh sebab itu, setelah sang pemangsa terbunuh, para ilmuwan mencoba mengetahui apa yang menyebabkannya membunuh begitu banyak orang. Akhirnya, mereka menyimpulkan bahwa singa pemangsa tersebut menderita sakit gigi.
[7] Saat kepala singa diperiksa, sebuah radang bernanah ditemukan di salah satu gigi gerahamnya, yang retak. “Singa ini mungkin merasa sakit, terutama saat mengunyah makanan,” kata Rolf Baldus, kordinator program satwa liar Jerman yang bekerjasama dengan pemerintah Tanzania untuk pelestarian satwa sejak 17 tahun terakhir.
[8] “Singa itu mungkin berhenti memburu hewan liar seperti kerbau karena dagingnya terlalu liat dan membuat gigi sakit bila dikunyah. Kebetulan singa itu menyadari bahwa manusia lebih mudah ditangkap dan dagingnya lebih empuk,” ujar Baldus.
[9] Tentu saja tidak ada bukti ilmiah mengenai teori sakit gigi ini. Salah satu sebabnya adalah perilaku singa-singa pemakan daging manusia yang sulit dianalisa dan diamati karena hewan-hewan ini jarang tertangkap.
[10] Salah satu fakta yang disetujui banyak ahli adalah kenyataan bahwa tidak hanya singa tua yang tidak lagi bisa berburu yang menjadi pemangsa manusia. Singa Rufiji contohnya, usianya baru tiga setengah tahun, yang untuk ukuran singa tergolong masih muda.
[11] “Singa ini mungkin diajari memburu manusia oleh induknya saat masih kecil. Sakit pada giginya sepertinya makin mendorong keinginannya untuk memangsa manusia,” kata Baldus.
[12] Perlu diketahui, populasi singa di Tanzania merupakan yang paling besar di Afrika. Hal ini disebabkan karena luasnya area perburuan singa serta kebijakan pemerintah yang melindungi hewan itu dan membatasi perburuan terhadapnya.
[13] Namun para ahli belum mengerti mengapa serangan singa terhadap manusia kebanyakan terjadi di selatan negara itu. Yang jelas, dengan ditembaknya singa Rufiji tidak berarti serangan terhadap manusia akan berhenti di wilayah itu. Hewan ini sepertinya sudah sepakat bahwa manusia adalah salah satu mangsa yang dagingnya lebih empuk.
(bbc.co.uk/wsn)
Foto: Selous Game Reserve. Atas: Sungai Rufiji. Bawah: Singa dengan mangsanya. Courtesy © Paul Hofmann
1 | |
ékor, se- | one (referring to animal) |
singa | lion |
makan, pe- | eater |
manusia | human being |
hubung, meng-kan | to connect |
mati, ke-an | death |
sedikit, -nya | at least |
selatan | south |
duga, men- | to presume |
buru, mem- | to hunt, chase after |
sakit gigi | toothache |
2 | |
ahli | expert |
satwa | animal |
liar | wild |
ganti, meng- | to replace |
kerbau | water buffalo |
daging | flesh, meat |
lunak | soft |
sakit, meny-kan | painful |
kunyah, meng- | to chew |
3 | |
berita | news |
korban | victim |
dusun | village far from urban areas |
pinggir, -an | edges |
wilayah | region |
tembak, men- | to shoot |
jaga, pen- | guard. Here: ranger |
taman nasional | national park |
kitar, se- | approximately, about |
4 | |
sungguh, se-nya | actually |
tiga, seper- | a third |
buas | wild |
hadap, meng-i | to face |
ajal | predestined hour of death, end |
terkam, men- | to pounce on |
5 | |
kejut, meng-kan | startling |
banyak, -nya | number of, amount, quantity |
6 | |
sang | honorific epithet or article |
mangsa, pe- | predator |
tahu, menge-i | to find out |
ilmu, -wan | scientist |
derita, men- | to suffer |
7 | |
saat | time, at the time when |
radang | inflammation |
nanah, ber- | suppurate, fester |
gigi geraham | molar |
retak | crack |
lestari, pe-an | conservation |
8 | |
héwan | animal |
liat | rubbery (of meat) |
empuk | tender |
9 | |
bukti | proof |
ilmiah | scientific |
kena, meng-i | concerning |
amat, meng-i | to observe |
perilaku | behavior |
10 | |
setuju, meny-i | to agree to s.t. |
nyata, ke-an | fact |
usia | age |
ukur, -an | measurement, norm, criterion, standard |
golong, ter- | classified, belong to |
11 | |
induk | mother (usually only for animals) |
dorong, men- | to push, motivate, provide the impetus |
12 | |
tahu, menge-i | to know, understand. perlu diketahui, it needs to be noted |
bijak, ke-an | policy |
lindung, me-i | to protect |
batas, mem-i | to limit, restrict |
buru, per-an | the hunt |
13 | |
mengerti, di- | be understood |
serang, -an | attack |
témbak, pen-an | shooting |
pakat, se- | agree(d) |
Dialog berikut dilakukan pada bulan Februari 2006 di Universitas Hawaii (Manoa). Happy dan Mamiek terlibat dalam percakapan santai mengenai kasus harimau yang memangsa manusia di Dumai, Sumatra.
Dengarkan rekaman ini dan kerjakan latihan berikut. Bilamana perlu, bacalah transkripsi wawancara ini.
Transkripsi dialog antara Hesti Hapsari (Happy) dengan Setyo Anggorowati (Mamiek) mengenai harimau yang memangsa manusia di Dumai, Sumatra.
Happy | Eh, Miek, tau gak kemaren pas aku lagi baca berita di internet, ada berita tentang harimau Sumatra yang memangsa manusia. |
Mamiek | Oh… yang berita tentang itu ya? Iya… iya… iya… kayaknya sepanjang tahun 2005 banyak ya kejadian harimau memangsa manusia? |
Happy | Iya, yang masuk internet aja udah ada banyak itu. Aku baca ada tiga. Ada bulan Mei, ada bulan Agustus, bulan September. |
Mamiek | Aku sih taunya yang bulan Mei ya… yang kalo gak salah di Dumai kejadiannya. |
Happy | Iya… iya, betul |
Mamiek | Iya kan ya? Itu kenapa ya? |
Happy | Itu soalnya harimau itu mencari makanan karena makanan mereka habis di hutan. Jadi, mereka masuk ke area dekat perkampungan gitu. |
Mamiek | Oh, terus ada yang meninggal gak sih itu yang waktu di Dumai itu? |
Happy | Ya ada. |
Mamiek | Oh, kalo di tempat lain? Di mana emang, Hep? |
Happy | Kalo yang bulang Agustus itu di Riau juga tapi di kampung kecil. Kalo ini ceritanya ada orang yang sedang bekerja di hutan. Waktu mereka beristirahat, salah seorang dari mereka kakinya diterkam sama harimau. |
Mamiek | Ih, tau gak sih katanya ya, gigitan taring harimau itu bisa menyisakan rasa sakit dan trauma yang lama lo… kasian ya orang yang kakinya diterkam itu. |
These vocabulary items are for your reference only. You do not need to memorise them.
tau | (Coll.) = tahu |
gak | (Jkt: kagak) = tidak |
tau gak | = tahu nggak; lit. know (or) not. Similar to “you know what” |
kemaren | (Coll.) = kemarin |
pas | (Coll.) = ketika |
lagi | (Coll.) = sedang |
kayak | (Coll.) = seperti |
aja | (Coll.) = saja |
udah | (Coll.) = sudah |
sih | (Coll.) particle to emphasize a reason given |
soalnya | Itu soalnya… that’s why… |
kalo | (Coll.) = kalau |
terus | (Coll.) = lalu, kemudian |
emang | (Coll.) = memang |
sisa, meny-kan | to leave behind |
lho | (Coll.) particle conceding the obvious |
kasian | (Coll.) = kasihan |
This is the newspaper article that Happy read on the Internet.
Majalah Gatra, Januari 2005
Pekanbaru, 10 Januari 2005
Selama 2004 tercatat 18 warga yang bermukim di sekitar Hutan Senepis Kelurahan Batu Teritis Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai, Riau, tewas dimangsa harimau.
Kepala Unit Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Riau John Kenedie kepada Antara di Pekanbaru, Senin menjelaskan, pada kurun waktu 2004 masyarakat yang bermukim di perkampungan sekitar Hutan Senepis kerap diamuk harimau.
Satwa dilindungi itu sering masuk ke perkampungan penduduk mencari makanan berupa hewan ternak bahkan, memangsa manusia, ada juga yang menerkam penduduk kala merambah hutan di pesisir Timur Sumatra itu.
“Selama 2004 terdapat 18 warga yang meninggal sedangkan dalam masa lima tahun terakhir terdapat 40 warga yang tewas menjadi korban amukan harimau Senepis,” ungkap John seraya menambahkan, harimau juga banyak yang mati dibantai warga.
Ia mengatakan, hutan Senepis di Dumai merupakan habitat alami harimau Sumatera. Di hutan tersebut diperkirakan terdapat 43 ekor harimau.
Jumlah tersebut, menurut dia, baru hasil invetarisir KSDA, namun jumlah akurat belum ada, sebab diperkirakan jumlahnya jauh lebih banyak.
Menyikapi tingginya konflik harimau-manusia di hutan tersebut, pihaknya bersama pemerintah daerah telah mengusulkan ke pemerintah pusat agar kawasan hutan alami itu dijadikan sebagai kawasan konservasi harimau.
Atas usul pemerintah Kota Dumai, Gubernur Riau telah mengusulkan Hutan Senepis seluas 60.000 hektar sebagai Kawasan Suaka Margasatwa Harimau Sumatera yang telah diajukan kepada Menteri Kehutanan sejak setahun terakhir, katanya.
Ia menambahkan, dari 60.000 hektare kawasan hutan yang dicanangkan sebagai konservasi, yakni seluas 40.000 hektar sebagai kawasan inti dan 20.000 hektar kawasan penyangga.
Pengusulan pelepasan kawasan hutan Senepis telah disetujui Menteri Kehutan MS Ka`ban ketika datang ke Riau beberapa hari lalu, namun persetujuan tersebut belum diperkuat Surat Keputusan Menteri Kehutanan.
“Hingga kini belum ada ‘hitam di atas putih’ perihal kawasan konservasi Senepis, meski pak Menteri telah menyatakan persetujuannya,” ujar John.
Ia menjelaskan, jika kawasan hutan yang berada di perbatasan Kota Dumai – Kabupaten Rokan Hilir itu dijadikan kawasan konservasi maka pihaknya juga akan menempatkan gajah di hutan tersebut.
“Gajah dan harimau bisa hidup berdampingan,” katanya. Menurutnya, gajah di Riau juga kehilangan habitat dan sering konflik dengan manusia.
Menurut dia, jika hutan Senepis telah dilepas sebagai kawasan konservasi harimau maka akan dibuat perlakuan khusus di kawasan lindung itu, seperti membuat kanal sebagai pagar agar harimau tidak lagi menganggu perkampungan penduduk. Masyarakat pun tidak leluasa merambah Hutan Suaka Margasatwa itu. [TMA, Ant]
ahli
[a]expert, specialist
[q]barangkali
[a]perhaps
[q]berita
[a]news
[q]buas
[a]wild
[q] [a]proof
[q] [a]meat
[q] [a]be observed
[q]dibunuh
[a]killed
[q]diduga
[a]be presumed
[q]dikunyah
[a]be chewed
[q]dimengerti
[a]be understood
[q]disetujui
[a]be agreed upon
[q]ditémbak
[a]be shot
[q]empuk
[a]tender
[q]héwan
[a]animal
[q]hubungan
[a]relationship
[q]ilmiah
[a]scientific
[q]induk
[a]mother
[q]judul
[a]title
[q]kawanan
[a]herd
[q]kematian
[a]death
[q] [a]fact
[q]kerbau
[a]water buffalo
[q]korban
[a]victim
[q]liar
[a]wild
[q]liat
[a]rubbery (of meat)
[q] [a]soft
[q] [a]prey
[q]manusia
[a]human being
[q]melindungi
[a]to protect
[q]memangsa
[a]to prey upon
[q]membatasi
[a]to limit
[q]memburu
[a]to hunt
[q] [a]to push
[q]menerkam (terkam)
[a]to pounce on
[q]mengejutkan (kejut)
[a]startling
[q]mengenai
[a]concerning
[q]mengganti
[a]to replace
[q]menghadapi
[a]to face, deal with
[q]menghubungkan
[a]to connect
[q]menyakitkan
[a]painful
[q]menyebabkan (sebabkan)
[a]to cause
[q]menyerang (serang)
[a]to attack
[q]pelestarian
[a]conservation
[q]pemakan
[a]eater
[q]pemangsa
[a]predator
[q]penembakan
[a]shooting
[q]penjaga
[a]ranger
[q]perburuan
[a]the hunt
[q] [a]behaviour
[q]perlu diketahui
[a]it needs to be noted
[q] [a]edge
[q]retak
[a]crack
[q] [a]at the time when
[q]sakit gigi
[a]toothache
[q]satwa
[a]animal
[q]sedikitnya
[a]at least
[q]seékor
[a]one (of animals)
[q] [a]about, approximately
[q]selatan
[a]south
[q]sepakat
[a]to mutually agree, being in accord
[q]sepertiga
[a]a third
[q]serangan
[a]attack
[q]sesungguhnya
[a]actually
[q]singa
[a]lion
[q]taman nasional
[a]national park
[q]tercatat
[a]recorded
[q]tergolong
[a]considered
[q] [a]age
[q] [a]region
[/qdeck]Usahakan untuk menyelesaikan teka-teki ini dalam waktu kurang dari 3:00 menit.