Acara ini kira-kira berlangsung di provinsi yang mana?
Mengapa menurut Anda rambut dan pakaian perempuan ditempel dengan uang? Siapa dia?
Prabaca
Teks berikut adalah paragraf pertama dari sebuah artikel surat kabar mengenai upacara adat di Papua. Bacalah paragraf di bawah, lalu jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
Wajah Emma Rounsumbre berseri-seri pada hari Minggu (5/6/2022). Dia diantar kepada keluarga laki-laki memakai baju adat perempuan Biak. Kepalanya berhias burung Cenderawasih. Ada lembar-lembar uang 50-100 ribu Rupiah disematkan di sela-sela rambutnya. Tubuhnya dibalut pakaian adat dengan warna dominan ungu berkalung kerang. Sungguh anggun!
Mendengarkan
Dengarkan rekaman setidak-tidaknya dua kali SEBELUM membaca teksnya. Kemudian jawablah pertanyaan berikut dalam bahasa Indonesia.
Bacaan
Prosesi pernikahan suku Biak; Emma saat diantar ke keluarga pihak laki-laki diapit kedua tantenya pada Minggu (5/6/2022) siang- Jubi/dam
Wor Yakyaker dan lembaran uang di rambut pengantin baru perempuan Biak
Jayapura, Jubi – Wajah Emma Ronsumbre berseri-seri pada hari Minggu (5/6/2022). Dia diantar kepada keluarga laki-laki memakai baju adat perempuan Biak. Kepalanya berhias bulu burung Cenderawasih. Ada lembar-lembar uang 50–100 ribu Rupiah disematkan di sela-sela rambutnya. Tubuhnya dibalut pakaian adat dengan warna dominan ungu berkalung kerang. Sungguh anggun!
Menurut Abraham Ronsumbre, ayah kandung Emma, rambut diikat dengan uang yang dalam bahasa Biak disebut Binkon. “Binkon adalah anak perempuan yang diantar ke rumah laki-laki akan memberikan berkat dan selalu bersedia melayani keluarga termasuk paman mereka jika singgah ke rumah mereka,” katanya.
Acara yang sedang dijalani itu disebut “Wor Yakyaker” artinya upacara mengantar anak perempuan ke rumah keluarga laki-laki setelah menjalani upacara pernikahan dan membayar mas kawin, barulah keluarga perempuan mengantar anak perempuannya ke rumah suaminya.
Hal ini dikatakan Abraham Ronsumbre, saat bersama para kerabat dari Kampung Ambroben dan Kampung Samber Biak mengantar anak perempuannya Emma Ronsumbre kepada keluarga laki-laki Kakiasina dari Maluku, Minggu (5/6/2022) siang.
“Ini merupakan peristiwa penting karena kita mengantar anak perempuan ke rumah keluarga pihak laki-laki setelah menjalani pernikahan beberapa waktu lalu,” kata Ronsumbre.
Hal senada juga dikatakan antropolog Neltje Hubertina, Wor Yakyaker merupakan rangkaian adat terakhir setelah pernikahan dan pembayaran mas kawin.
Emma saat didandani dengan hiasan burung Cenderawasih dan uang-Jubi/dam
Dia mengatakan perempuan disebut Binkon karena perempuan itu akan menjadi berkat dan sumberharta bagi keluarga laki-laki maupun perempuan. “Perempuan dalam keluarga itu menjadi harta dan memberikan berkat bagi keluarga baik perempuan maupun keluarga laki-laki,” katanya.
Lebih lanjut kata dia bahwa perempuan Biak yang telah diantar kepada pihak laki-laki akan menjadi berkat dan kekayaan bagi kedua belah pihak.
Paman dari pihak perempuan yang akan mengantar anak perempuannya kepada keluarga laki-laki dan selanjutnya orang tua kandung dari pihak laki-laki menerima anak perempuannya yang juga menantu perempuannya.
Sedangkan keponakan dari pihak laki-laki akan mengambil uang yang ditempel di rambut perempuan yang diantar ke pihak laki-laki.
Sementara itu, Prof Dr Uli Kozok dosen linguistik dan bahasa Indonesia dari Universitas Hawaii Amerika Serikat, yang turut hadir pada upacara itu, mengaku baru pertama kali datang melihat acara adat dari suku Biak.
“Saya baru pertama kali melihat upacara ini dan saya senang karena Emma Ronsumbre adalah mahasiswa saya di Hawaii,” kata Uli Kozok kepada jubi.id di sela-sela upacara adat suku Biak itu. Dia melihat ini sangat menarik dan perlu dipertahankan secara turun-temurun.
Ringkasan
Buat ringkasan bacaan di atas dengan memilih pernyataan yang benar.
Pemahaman
Emma Ronsumbre
Emma Ronsumbre (born 22/05/1994) was Dr. Kozok’s Fulbright Foreign Language Teaching Assistant at the University of Hawaii from 2019 to 2020. She is also the author of Upacara Wor di Biak, Papua.
Emma’s parents are originally from Biak, but they moved to Jayapura, Papua’s largest city, where Emma was born. After graduating from high school, Emma attended Universitas Cenderawasih, the largest university of Papua where she studied English language. She graduated with a Bachelor’s degree in 201?. Emma’s family is originally from Biak, but Emma was born in Jayapura as the daughter Abraham Ronsumbre and his wife… . Emma and her parents still live in Jayapura. In 2019 Emma was accepted as the first Papuan ever as a Fulbright Foreign Language Teaching Assistant to assist Dr. Uli Kozok teaching Indonesian at the University of Hawaii. This was not only Emma’s first international trip. It was also the first time that she left Papua.
Cenderawasih
The Cenderawasih or Bird of Paradise is the mascot and symbol of Papua. It is endemic to Papua (including its eastern part Papua New Guinea [Papua Niugini]) and to the island of Alor in Nusa Tenggara Timur province.
Word Study: Upacara, Acara & Peristiwa
Both upacara and acara are loan words from Sanskrit, and they have a very similar meaning. Acara has the wider semantic range of the two words, covering schedule; agenda; topic; program; event, but also ceremony and festivity as in acara pernikahan (wedding ceremony). Here, acara is synonymous with upacara which is limited to ‘ceremony’ or ‘ritual’.
While upacara and acara indicate something that occurs on a regular basis or is predictable or normative, a peristiwa also includes unpredictable events. It can often best be translated in neutral terms as ‘happening’, ‘event’ or ‘occurrence’ but it does also include unplanned events, and can then be translated as ‘incidence’. The Kamus Besar Bahasa Indonesia defines peristiwa as kejadian luar biasa or kejadian yang menarik perhatian.
Infixes in Indonesian
Affixation is the process of adding affixed to word bases in order to modify its meaning. We distinguish between four types of affixes: prefixes, suffixes, circumfixes, and infixes. You are already familiar with prefixes like per-, suffixes like -nya, and also with circumfixes like meN-….-kan etc. Many Austronesian languages also have infixes. One infix that occurs in our reading is the infix -em- in turun-temurun. Infixes are always inserted after the first consonant:
guruh thunder ➢ gemuruh tumultuous; thunderous; booming
Infixes are not very productive – that is they are rarely used to produce new words.
The infixes are -em-, -el-, -er-, and -in-. The meaning or function of the infix is unpredictable. In most cases, infixed forms have the same meaning as the simple form or a meaning related to it:
gigi tooth ➢ gerigi serration; serrated suling flute ➢ seruling flute getar tremble; vibrate ➢ gemetar tremble; vibrate tunjuk to point ➢ telunjuk index finger tapak palm, sole ➢ telapak sole, palm kerja work ➢ kinerja performance; work ability; achievement
Teka-Teki Mencari Kata
Usahakan untuk menyelesaikan teka-teki ini dalam waktu kurang dari 2 menit 30 detik.
Kosa Kata 1
Kosa Kata 2
Kosa Kata 3
Useful Phrases
Simaklah perkataan berikut dengan menggunakan kartu bolak balik.