«Serba-Serbi Nusantara» – a Textbook for Advanced Indonesian • Lesson 14—“Javanese Titles of Nobility”
Menjodohkan Kata
Mari mengulas kata-kata penting yang digunakan pada pelajaran sebelumnya. Jodohkan kata-kata di bawah ini dengan terjemahannya.
Mencari Frasa
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
Bacaan
Menjadi Abdi Dalem, Demi Mendapatkan Berkah atau Memburu Gelar Kebangsawanan? (Bagian 2)
- Pihak keraton, baik yang di Solo maupun Yogya, tentunya tak begitu saja dengan mudah membagi-bagikan gelar kebangsawanan pada orang luar. Penganugerahan gelar pada seseorang dilakukan setelah melalui pertimbangan yang matang. Selain untuk menghindari tuduhan yang tidak-tidak, seleksi ketat juga dilakukan karena di abad demokrasi sekarang ini belum tentu setiap orang merasa senang jika dianugerahi gelar keningratan. Bagi orang kebanyakan atau wong cilik tentunya tak mungkin mengajukan permohonan agar diakui sebagai bangsawan. Satu-satunya jalan untuk mengaitkan diri dengan lembaga keraton adalah dengan bekerja sebagai abdi dalem, abdi raja.
- Abdi dalem alias karyawan keraton sebenarnya bekerja dengan upah yang kecil. Di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat upah mereka berkisar antara Rp. 2.400,00 dan Rp. 50.000,00 saja sebulannya. Seorang magang (calon abdi dalem) malah bisa dibilang bekerja tanpa gaji sama sekali.
- Tak semua abdi dalem, memang, harus setiap hari hadir di keraton. Para petugas keamanan atau penjaga pintu gerbang, misalnya, hanya harus hadir sekali saja setiap beberapa belas hari. Di luar itu, kaum abdi dalem umumnya memiliki mata pencaharian lain, misalnya sebagai penjual rokok, petani, atau pegawai negeri.
- Salah satu alasan utama mengapa seseorang ingin menjadi abdi dalem adalah karena kedudukan ini juga memberikan hak kepadanya untuk menyandang gelar kebangsawanan, meski hanya gelar-gelar peringkat bawah, seperti mas atau raden mas. Namun demikian, prestasi dan lamanya masa pengabdian bisa mengangkat seorang abdi ke tingkat keningratan yang cukup tinggi dan berhak atas gelar seperti kanjeng raden tumenggung.
- “Para abdi dalem memang bukan bekerja untuk uang, tapi untuk mendapatkan gelar,” tutur Gusti Purboyo, seperti yang diakui oleh beberapa abdi dalem yang sempat ditemui saat mereka sedang bertugas piket di gardu-gardu penjagaan keraton. R.Ry. (Raden Riyo) Cokrodirjo (72), misalnya, menyatakan bahwa sebagai abdi dalem ia merasa memiliki kewibawaan dan dihormati oleh orang-orang di sekitarnya. Mungkin karena itulah ia tetap betah melakoni pekerjaan ini, yang sudah dimulainya sejak enam puluh tahun yang lalu, sejak masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII.
- Menurut seorang budayawan Umar Kayam, bagi orang Jawa, raja bukanlah manusia biasa. Ia adalah penjelmaan Yang Maha Kuasa di muka bumi dan sekaligus menjadi pusat dunia. Sebagai manusia luhur, seorang raja bukan saja memiliki kekuasaan, tapi juga memiliki kemampuan untuk mengayomi dan memberkahi segenap rakyatnya. Karena itu, hubungan raja-rakyat dalam kebudayaan Jawa juga memiliki dimensi spiritual. Rakyat meyakini bahwa raja, dan segala hal yang berhubungan dengannya, adalah keramat dan patut dimuliakan. Bahkan ada berita orang memperebutkan sisa air cucian kereta kencana Sri Sultan untuk diminum karena dianggap dapat membawa berkah.
- Banyak yang tak dapat memahami mengapa di abad yang serba canggih ini masih ada orang yang mau menjadi abdi dalem. Padahal, bagi yang bersangkutan, menjadi abdi dalem malah dianggap pekerjaan yang terhormat, karena memberinya kemungkinan berada dalam lingkungan keraton yang menjadi teritorium raja. “Menjadi abdi dalem ‘kan berarti bisa dekat dengan raja, dengan pusat dunia. Ini dianggap suatu hak yang istimewa,” kata Umar Kayam.
- Memang bukan hanya gelar yang diharap para abdi dalem dari raja mereka, tapi juga berkah. Baik itu berupa ketenangan batin maupun keberuntungan. “Saya ini mengharap berkah dalem (berkah raja). Jadi abdi dalem, meski gajinya kecil, tapi hati ini kok ya tentrem,” R.Bk. (Raden Bekel) Cintopawoko, seorang abdi dalem lain, menjelaskan sambil tetap bersila menjaga salah satu sudut Keraton Yogyakarta. “Sejak saya ngabdi di sini empat belas tahun yang lalu, panen saya selalu baik; anak-anak sekolahnya juga maju,” tambah laki-laki setengah baya ini, yang mengaku menjadi abdi keraton berdasarkan ilham dalam mimpi, yang didapat setelah berziarah ke makam orang tuanya.
- Hasrat warga masyarakat untuk mengabdi pada raja, khususnya di Keraton Yogyakarta, ternyata tak memudar. Buktinya, lebih dari seribu abdi dalem masih setia melayani Sri Sultan dan keluarganya. “Yang melamar menjadi magang juga selalu ada. Baik orang tua maupun yang masih muda-muda,” kata petugas keraton yang mengurus penerimaan abdi dalem baru.
- Apa tujuan sebenarnya dari para pelamar ini, belumlah jelas benar. Boleh jadi mereka ingin memburu gelar kebangsawanan atau mengharap berkah raja. Tapi mungkin juga sekadar agar tak menganggur. Maklum, pekerjaan kini makin sulit dicari.
Seribu orang
Ulas Kata
baik…maupun
Emphasis can be placed on the fact that what is said applies to two words or phrases in coordination by placing baik before the first and maupun before the second. These words are a correlative pair because baik anticipates the addition of what follows maupun:
-
Pihak keraton, baik yang di Solo maupun Yogya, …
The palaces, both the one in Solo and the one in Yogya,…
-
Baik itu berupa ketenangan batin maupun keberuntungan.
Both in the form of spiritual comfort and success
tidak-tidak
Tidak-tidak is usually preceded by yang. Depending on the context, it can be translated as a noun in the meaning ‘nonsense’ or as an adjective ‘absurd; ridiculous’.
Modifying Adverbs
Serba ‘completely’is a modifying adverb that preceded an adjective. The modifying adverb shows the amount or intensity of the quality indicated by the adjective.
Other modifying adverbs are:
sangat, amat very
terlalu, terlampau too
sungguh really, truly
cukup enough
relatif relatively
agak rather
makin, semakin, kian, tambah, bertambah increasingly
begitu, demikian, sedemikian so, like that
begini so, like this
A number of modifying adverbs follow the adjective, including:
sekali very
belaka entirely, completely
sama sekali entirely (the adjective must be negated by tidak)
benar really”
Baya
Baya has the same meaning as umur and usia (age), but it’s use is limited to setengah baya ‘middle aged’, and sebaya ‘to be of the same age’.
-
Ratna dan Erna sebaya.
Ratna and Erna are of the same age.
Isian
Latihan Pemahaman
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
Frasa yang Berguna
Bacalah frasa bahasa Inggris di bawah ini dan cobalah menebak artinya dalam bahasa Indonesia. Tekan “Balik” untuk memeriksa jawaban Anda. Kemudian carilah frasa tersebut di dalam konteks.”
Pekerjaan Rumah
Circumfix Ke-…-an
Temukan dua belas kata berimbuhan ke-…-an pada teks dan pastikan Anda mengetahui artinya dalam bahasa Inggris. Lihat buku Consult Sneddons grammar 1.72-86.. Tulis kata-kata tersebut di di dalam tabel di bawah ini sesuai dengan kategori kata ke-…-an yang benar.
1.73 | 1.77 | 1.78 | 1.80 | 1.81 | 1.82 |
Isian
Gunakan kata-kata di dalam tabel untuk melengkapi teks rumpang di bawah ini.
cilik | mengaitkan | upah | alasan | membagi-bagikan |
permohonan | kedudukan | menyandang | berkah | keberuntungan |
Kosa Kata
Ulas dan hafalkan kosa kata di bawah ini.
Teka-Teki Mencari Kata
Usahakan untuk menyelesaikan teka-teki ini dalam waktu kurang dari 2 menit 30 detik.